Wah, ternyata masih banyak ya muslimah muda yang pikirannya masalah
mode en duniawi aja dalam kehidupannya. Ya, masalah Islam sebagai
ideologi cuma dianggap sekelebatan aja atau diambil setengah-setengah.
Mereka anggap masa remaja masa yang ‘suka-suka’, mencari jati diri (tapi
nggak ketemu-ketemu). Masalah akil baliq sebagai proses pendewasaan
menuju kesiapan menerima amanah yang lebih ‘berat’ malah terabaikan.
Begitu dapat masalah, yang jadi rujukan malah media-media remaja yang
nggak islami.
Lucunya, dari jaman saya ABG sampe sekarang, konten media remaja
nggak jauh-jauh amat solusi yang dikasih. Contoh aja nih: fashion
‘before-after’. Before: wajah kusam nggak bermake up, rambut nggak berhijab, baju model tahun jebot; After: wajah kinclong bermake up, rambut di-stylish
gaya artis terkini dan begitu pula baju yang dipake kekurangan bahan.
Ya gitu-gitu aja. Udah gitu yang dijadiin panutan gayanya para seleb
Barat, Korea, Jepang yang up to date. Bukan pakaian yang menutup aurat secara sempurna. Ironis, tragis dan mengenaskan. Woi, nggak layak muslimah model begitu.
Jati diri muslimah
Yup, talking seriously Gals. Eyes to eyes, heart to heart. Mungkin saking terbiasa dengan kenyamanan alias stuck in comfortable zone
plus nggak mau turun gengsi, nggak sedikit muslimah yang masih betah
dalam sekulerisme (memisahkan antara aturan agama dan kehidupan) dan
menjadi liberal plus berpaham kapitalis yang akhirnya jadi matre dan
konsumtif.
“Kan, masih muda terus hidup cuma satu kali. Jadi nikmatin aja.
Lagian, nggak minta juga diciptain ke dunia ini. Kalo mati ya mati aja.
Terserah Tuhan mau ngapain gue. Emang masalah buat elo?” — nganga deh
kalo ketemu ‘muslimah’ yang ditegur en dinasehati tapi jawabannya kayak
gitu. Huuft..
Bro en Sis rahimakumullah pembaca setia gaulislam, memang akan
bermunculan beraneka ragam jawaban yang isinya ‘pembenaran-pembenaran’
(bukan kebenaran). Contoh aja, berpakaian. Kalo ada acara-acara
religius, pakaiannya pada nutup dengan sopan tapi tetep keliatan lekuk
tubuh, kalo pun nggak pake kerudung ya pake pashmina atau selendang yang
cuma diselempangin begitu aja di kepala dan kalo kena angin atau
kebanyakan gerak ya kelepas deh, kemudian rambutnya pun keliatan.
Makanan? Kadang suka sok-sok’an ngikutin makanan ala Barat, Korea,
Jepang tanpa ngertiin dulu yang dimakan halal atau nggak. Kadang
martabat udah jadi tinggi banget cuma karena bisa makan ala mancanegara.
Gaya hidup pun mudah keikut arus. Apalagi kalo udah keikut gaya hidup
konsumtif. Kalo nggak pake barang-barang bermerk dan original, rasanya
nggak ok.
Bagaimana dengan pandangan hidup? Halah, ternyata nggak fokus
menjadikan Islam sebagai standar. Padahal, kalo dalam Islam cukup
memahami, bahwa kita diciptakan oleh al-Khalik yakni Allah Ta’ala,
begitu diciptakan dan menjalani fase-fase kehidupan kita sudah diberi
petunjuk melalui al-Quran dan as-Sunnah untuk menjalankannya dalam
kehidupan. Next, begitu ajal tiba, kita kembali kepada Allah
dan kemudian menuju akhirat, dikumpulkan di padang Mashyar, dihisab
segala perbuatan di dunia lalu menanti hasilnya, surga atau neraka.
Jadi, jati dirinya seorang muslim ya keislamannya itu. Mengamalkan
seluruh aturan Allah Ta’ala dalam kehidupan. Susah? Berat? Memang. Tapi
pasti bisa. Kalo mau belajar, berusaha dan membiasakannya dalam
kehidupan. Contoh: Belajar berhijab, berusaha untuk selalu mengenakannya
dan membiasakan disiplin untuk berhijab (jilbab dan kerudung) tanpa
pilah-pilih momen. Mau mantenan, perpisahan, ke pasar, sekolah tetep
berhijab. Titik. Dilarang? Sama ortu? Sama pihak sekolah? Kampus?
Tempat kerja? Itulah ujiannya. Allah Swt. menguji keimanan para
muslimah. Pengorbanannya untuk bisa berhijab insya Allah imbalannya
adalah surga.
Allah Swt.befirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3)
Dan, begitu kita bebas berhijab sesuai syariah apakah kemudian
tenang? Sebenarnya masih ada PR. Yakni, mengajak muslimah lainnya yang
belum berhijab untuk memakainya selain itu juga memperjuangkan kembali
kehidupan Islam agar seluruh aspek kehidupan murni bertumpu pada Islam.
Kapitalisme bikin rugi lahir batin
Apa sih ukuran cantiknya seorang wanita? Ternyata kini kapitalisme
telah mengubahnya menjadi, cantik itu putih, langsing, wajah cerah tanpa
noda. Berlomba-lomba deh pada beli krim pemutih badan dan wajah, terus
beli produk pelangsing tubuh. Pengen merawat tubuh dan wajah sih ok
aja, tapi liat dulu prioritasnya, penting banget berkulit kinclong? Kalo
penting, ok, kan merawat anugerah ilahi. Tapi liat dulu, produk yang
dipake, halal nggak? Terus, nggak harus ber-make-up kan? Selain itu,
walau pun produknya halal tapi dipake di saat yang nggak pas, ya bisa
jadi maksiat. Contoh: kosmetiknya terbuat dari bahan halal, tapi makenya
buat tebar pesona dengan lawan jenis atau ber-make up menjadi kewajiban
karyawati di kantor misalnya. Ditambah lagi dengan kontes-kontes
kecantikan ‘Miss ini Miss itu’ yang standar penilaiannya ya tetep:
fisik.
Kadang saya suka kasihan melihat SPG-SPG yang dengan pakaian
kekurangan bahan plus bodi berlekuk dan wajah kinclong nawarin
barang-barang dagangan dengan kemolekan tubuh mereka di tempat-tempat
umum. Pengen nangis rasanya. Apa nggak malu? Bahkan, ada yang kasusnya
‘bunglon’, jadi sehari-hari kerudungan dan berwajah innocent eh begitu on duty berhubung tuntutan kerja (nah, kenapa jadi mau kerja yang begitu. Terdesak butuh duit?), bablas deh pamerin auratnya. Na’udzubillah min dzalik.
Kalo yang nggak ngeh en su’udzon bagaimana cara Islam memuliakan wanita, ya bilangnya ribeut,
fanatik, terkekang. Waduh, bukannya udah kewajiban tuh melaksanakan
perintah Allah Ta’ala? Allah Swt udah melindungi dan memuliakan muslimah
dengan aturanNya.
Jadi, berjuanglah, Gals! Bebaskan dirimu dari belenggu kapitalisme.
Insya Allah, bisa! Kalo nggak berusaha, bisa terus-terusan bodi, wajah,
tenaga bahkan keimananmu dieksploitasi ama yang namanya kapitalisme.
Remaja muslimah idaman umat
Nah, Gals. Sebenernya, kalo udah berusaha membebaskan diri dari
belenggu kapitalisme nan sekuler dan matre itu, justru sebenarnya akan
menjadi remaja muslimah idaman umat. Mungkin, bagi yang nggak ngerti
akan pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan ya akan mencemooh. Tapi
seperti yang saya bilang, ya itulah ujiannya. Ujian keimanan, juga
mempertahankan kebenaran.
Jangankan orang sekeliling, ortu pun yang nggak ngeh akan pentingnya
aplikasi Islam dalam kehidupan bakal ngelarang anak-anaknya untuk
mengkaji Islam, berhijab, dan berdakwah. Sebaliknya malah nyuruh anaknya
pacaran. Larangan tersebut berdasarkan alasan bahwa anaknya jadi nggak
gaul, dan terbawa aliran sesat. Waduh! Yah, bersabarlah. Padahal dengan
kembalinya kita kepada Islam dan menjadi anak shalihah justru menjadi
aset terbesar untuk ortu kita begitu di akhirat kelak. Mudah-mudahan
ortu kita ngerti ya. Amiin. Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak
Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga
perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh
yang mendoakan untuknya.” (HR Muslim)
Untuk saat ini apalagi ditambah isu-isu teroris yang bener-bener
bikin stigmatisasi terhadap Islam, segala upaya dan langkah kita untuk
taat kepada syariah hingga memperjuangkan khilafah dianggap anomali.
Tapi, percaya deh. Masa’ kita mundur, padahal Allah udah menjamin surga
untuk umatNya yang bener-bener berjuang di dalam Islam, “Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka
dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari
Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
(QS at-Taubah [9]: 111)
Move On!
Yup, teruslah berjuang untuk menjadi remaja muslimah idaman umat,
yang mampu menjadi penerang bagi umat yang kini tengah dicengkeram
kapitalisme global. Bersiaplah untuk selalu bertahan dalam menghadapi
segala cobaan yang datang. Tenang, you’re not alone. Bersama kita bisa! So, aktiflah di Rohis, syukur-syukur bisa bergabung dengan komunitas-komunitas Islam yang memperjuangkan tegaknya kembali syariah Islam di muka bumi ini. Islam yang dijadikan sebagai ideologi negara dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Nah, kalo udah gabung untuk dibina dalam mengkaji Islam kita kudu bersikap sungguh-sungguh. Coz,
kita dibina bukan sekadar untuk ‘penyegaran jiwa’, tapi digembleng
supaya bisa jadi pribadi tangguh yang nggak keder ngorbanin mental,
materi/harta, waktu sampe jiwa. Ehhh.. kok serem gini? Yang serem mah
film horor. Yaa.. emang dikira aplikasi Islam main-main gitu? Ya nggak
lah. Kan katanya mau jadi muslimah shalihah, ya kudu tahan banting.
Makanya kita bakal dibina bener-bener baik itu dalam masalah ilmu Islam
juga dibina untuk aplikasinya dalam kehidupan. Jadi, nggak sekadar
ta’lim. Belajar, pulang, bebas. No! Tapi: belajar dan diskusi, resapi,
pikirkan, amalkan, sebarkan (dakwahkan) dan pertahankan kebenaran. Gitu,
Non!
Gimana, Gals? Siap jadi muslimah idaman umat? Mau nggak mau kudu siap
karena memang kewajiban yang harus kita taati. Oke deh, selamat
berbenah diri, mengubah diri menjadi lebih baik dan bersungguh-sungguh
mengamalkan Islam dalam kehidupan. Mulailah dengan cintai Islam dan ikuti kajian-kajian keislaman. Hamasah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Pesan yang ingin kamu sampaikan disini