Jutaan pasang mata menyaksikan pertandingan demi pertandingan sepak
bola Piala Eropa 2012. Ada yang memfavoritkan Perancis, Jerman, Inggris,
atau Spanyol. Jantung berdegup kencang ketika bola sudah di muka gawang
tim favorit. Di tengah ketegangan yang memuncak tiba-tiba teriakan
Goooool! memecah keheningan malam! Kemudian mereka berjingkrak-jingkrak.
Sebagian lagi diam terpaku sedih…
Mario Gomez dari Jerman, Cristiano Ronaldo dari Portugal, Andreas Iniesta dari Spanyol, Wayne Rooney dari Inggris, atau Mario Balotelli dari Italia, semua menjadi pemain favorit yang diagung-agungkan bak pahlawan. Bahkan anak saya Eqi dan Esqi yang masih duduk di bangku SD pun hafal di luar kepala nama-nama itu.
Mario Gomez dari Jerman, Cristiano Ronaldo dari Portugal, Andreas Iniesta dari Spanyol, Wayne Rooney dari Inggris, atau Mario Balotelli dari Italia, semua menjadi pemain favorit yang diagung-agungkan bak pahlawan. Bahkan anak saya Eqi dan Esqi yang masih duduk di bangku SD pun hafal di luar kepala nama-nama itu.
Saking serunya permainan ini sampai-sampai kita tidak sempat melihat
pelajaran besar di balik pertandingan-pertandingan hebat ini. Rugi
rasanya kalau banyak waktu telah dihabiskan untuk menonton bola, tapi
kita tidak mengambil hikmah besar yang bisa kita raih di balik fenomena
ini untuk pelajaran dalam menghadapi kehidupan.
Saudaraku yang disayang Allah,
Pada dasarnya fitrah manusia memang suka menghadapi “tantangan” seperti halnya Gomez dan Ronaldo, karena itu banyak manusia suka bermain dan menonton pertandingan bola. Manusia suka akan fitrahnya sendiri yaitu “menghadapi tantangan”. Sesungguhnya bukan semata ingin menonton sebuah gol indah. Kalau tidak percaya, coba bayangkan kalau semua pemain membawa bola masing-masing dari negaranya. Jika ada 22 buah bola berseliweran di tengah lapangan, apakah Anda masih mau menonton gol indah itu? Apakah masih ada TV yang mau meliput? Apakah masih ada iklan sponsor?
Pada dasarnya fitrah manusia memang suka menghadapi “tantangan” seperti halnya Gomez dan Ronaldo, karena itu banyak manusia suka bermain dan menonton pertandingan bola. Manusia suka akan fitrahnya sendiri yaitu “menghadapi tantangan”. Sesungguhnya bukan semata ingin menonton sebuah gol indah. Kalau tidak percaya, coba bayangkan kalau semua pemain membawa bola masing-masing dari negaranya. Jika ada 22 buah bola berseliweran di tengah lapangan, apakah Anda masih mau menonton gol indah itu? Apakah masih ada TV yang mau meliput? Apakah masih ada iklan sponsor?
Ya, memang manusia sesungguhnya diciptakan untuk menghadapi
tantangan. Itulah harkat dan derajat fitrah manusia. Karena itu Allah
menciptakan diri kita demikian sempurna, dengan dilengkapi kaki, tangan,
mata, telinga, otak dan hati yang sempurna pula. Seperti layaknya
pertandingan sepak bola kelas dunia, maka mental dan fikiran kitapun
harus siap seperti pemain sepak bola internasional itu dalam menghadapi
pertandingan demi pertandingan, hingga mendapatkan piala.
Bukan hanya Piala Eropa, tapi Piala Dunia, dan Piala Akhirat.
Bukan hanya Piala Eropa, tapi Piala Dunia, dan Piala Akhirat.
Akan tetapi kenyataan yang sering terjadi adalah bahwa mental kita
sering tidak siap menghadapi pertandingan di dunia. Kita sering cepat
putus asa, bahkan kalah sebelum pertandingan. Lebih celaka lagi
menghindari dan malah lari dari pertandingan. Kalaupun dipaksa masuk ke
dalam sebuah pertandingan oleh “pelatih” maka ia kecewa dan marah kepada
“pelatih”, lalu berkata, “Yaa Tuhanku mengapa Engkau memilih aku dan
memasukkan aku ke dalam pertandingan final kelas dunia yang berat ini?
keluarkanlah aku dari pertandingan ini?
Lantas kalau tidak mau menghadapi “pertandingan kehidupan” ini
bagaimana kita menunjukkan diri kita kepada Tuhan bahwa engkau adalah
seorang juara yang patut mendapat dua buah piala, yaitu Satu Piala Dunia
dan Satu Piala Akhirat yang diberikan oleh Allah Yang Maha Penyayang.
Bayangkan apabila engkau menang maka malaikat sebagai wasit juri
menyambut di pintu surga seraya berjejer seperti anak gawang dan
berkata: “Salaamun alaikum bimaa Sobartum (keselamatan bagimu atas
kesabaranmu. Ar-Ra’d 24), dan kemudian bayangkan kita memasuki surga dan
Allah menyambut:
“Salaamun Qoulan min Robbir Rohiim (kepada mereka dikatakan “Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yaasin: 58)
“Salaamun Qoulan min Robbir Rohiim (kepada mereka dikatakan “Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yaasin: 58)
“Alil Lam Miiim.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. Al-Ankabut: 1-3)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. Al-Ankabut: 1-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Pesan yang ingin kamu sampaikan disini